Entri Populer

Selasa, 01 Februari 2011

Deep Water


El Mundo

Please Comment

Adik2 mahasiswa yg tertarik utk study oil & gas terutama di lepas pantai, sebaiknya (disarankan) mulai memfokuskan ke teknologi explorasi dan exploitasi di laut dalam. Ada beberapa faktor yg mendorong saya utk mennyapaikan hal ini:

1. Kemungkinan penemuan lapangan/cadangan di laut dangkal semakin kecil.
2. Cadangan terindikasi di laut dalam terutama di Indonesia bgn timur, maupun dibelahan dunia lainnya masih banyak yg belum di kembangkan
3. Explorasi/Exploitasi migas diperairan (dangkal) Indonesia sudah memasuki hampir setengah abad (Unocal di Kalsel,sejak 1960 an) sama tuanya dgn Shell, Exxon, atau Chevron jg melakukan explorasi/exploitasi di Gulf Mexico dan North Sea. Kenyataannya sampai saat ini kita belum mengusai teknologi dengan benar pengembangan lapangan di laut dangkal. Tak ada satupun karya kita di bidang tsb, selain hanya menikmati teknologi bangsa lain, yang datang ke sini dan menjadikan ladang2 lepas pantai di teluk Jakarta atu delta Mahakan sebagai laboratorium. Lembaga pendidikan tinggi kita spt ITS dan ITB dengan disiplin Kelautan hanya terpaku pada hal2 yg tradisionil, seperti kapal, fixed platform dsb. Laboratorium hydrodinamika (BPPT) kita seperti menara gading, pajangan dan impotent. Sampai saat ini kita masih bertanya bagaimana mendesign Platform/jaket, bagaimana kita menginspeksi marine growth atau submarine pipe line dsb..

Saya sarankan utk semua yg bekepentingan (MIGAS/BPMIGAS/LEMIGAS/BPPT/LIPI/BKI/ITS/ITB etc etc, bahu-membahu, menguasai teknologi laut dalam supaya kita bisa menjadikan cadangan2 sebagai kejayaan industri kita

Marilah kita memperbayak diskusi tentang penguasaan laut dalam, terutama untuk menghadapi exploitasi Chevron, Talisman di selat Makassar atau Inpex di Tanimbar.!

samperuru1

Setuju sekali. Indonesia sebagai negara kepulauan tergede di dunia & kebutuhan akan energi yg selalu meningkat mengharuskan penjelajahan pencarian hidrokarbon semakin difokuskan ke laut dalam.

Pencarian, pengujian, pengangkatan & pengolahan hidrokarbon dari laut dalam sangat-sangat menantang, dalam semua disiplin & bidang. Dari sisi pemboran & konstruksi sumur juga fasilitas produksinya, ada tulisan pendek yg pernah saya buat & dimuat di situs alumni angkatan:
http://www.mesin89itb.net/2008/05/penambangan-hidrokarbon-di-laut-dalam-frontier-terbaru-industri-perminyakan/

Jangan kuatir, tulisan itu dikemas secara populer, tidak terlalu teknikal seperti tulisan jurnal SPE misalnya. It's a good reading for the students.


Dirman Artib

Apa ya yang harus didiskusikan dari Deepwater Development ?
Maksudnya supaya nggak liar kesana-kemari.
Mungkin bisa dimulai dari aspek-aspek project, seperti concept dan teknologi platform/facility yang mungkin digunakan untuk Deepwater.
kan tersedia pilihan mulai dari FPSO, TLP, Semi-sub, dll. Kalau TLP mungkin bisa diperkecil apakah tipe StarSea, Moses, Classical TLP, dll.
Dan kemudian khusus naval architect dan tendon engineeringnya.

Lalu nanti boleh pula diobrolin Flowline dan Riser yang juga cukup menantang dari aspek design/engineering, lalu masuk phase fab/const/installation nya.

Dari aspek Project Management, boleh juga membahas aspek commercial dan cost aspect.
Lebih menarik sekali jika ada diskusi tentang Project human Resources, karena di area ini kita mulai terkena sengatan jiran yang sudah mulai di depan dalam hal SDM ini.
Contoh, project FEED Malikai Deepwater yang sekarang berjalan, dimotori oleh JV AMEC dan MMC (local co.) adalah salah satu misi jiran mempersiapkan SDM mereka, agar di masa yad, lokal SDM akan lebih besar peranannya. Lalu company EPC lokal pun tak ketinggalan dalam misis project ini. Dgn jelas2 Supermajor Shell menyebutkan nama perusahaan lokal yang akan diangkat kompetensinya lewat project ini.
Bagaimana Garuda ?


iwan aryawan


Sabar pak Dirman, lagi asyik nih...;-))...biarkan kita ngobrol ngalor ngidul dulu pak, seperti ngobrol di warung kopi. Atau kalau pake istilah kerennya 'brain storming'. Saya senang melihat animo yg cukup tinggi dari teman2 semua akan teknologi laut dalam ini.

Untuk masalah floating platform concept, silahkan tambahkan perbendaharaan perpustakaan kita di milist ini. Kirim lewat pak Budhi. Kita sempet membentuk forum floating platform. Tapi sayang karena kesibukan masing-masing, programnya agak tersendat-sendat. Walaupun begitu, kita sempat ngadain seminar dadakan di ITB bulan Juli yg lalu. Mudah2-an temen2 yg berada di Indonesia bisa lebih aktif lagi untuk mengadakan forum2 diskusi seperti ini. Pak Jamsir, pak Murdjito, dll, mudah2-an bisa menyisihkan lebih banyak waktu untuk kegiatan forum ini. Masih banyak yg perlu dibenahi, termasuk masalah regulasi.

Untuk masalah software, saya liat pak Uci sudah punya list yg banyak. Sementara itu, pak Murdjito bersama ITS-nya juga banyak berpengalaman dalam hal analysis menggunakan state-of-the-art software seperti Orcaflex, AQWA, dsb. Mungkin juga mereka sudah mahis menggunakan fully coupled analysis software seperti Winpost/Charm3D, Rifflex dan deepC.

Mungkin pak Eko Djatmiko dan temen2 di ITS bisa memberikan kita informasi lebih lengkap tentang program laut dalamnya, seperti yg pak Ika kemukakan. Mudah2-an banyak yg berminat untuk menggeluti bidang ini.

Insya Allah saya akan share, sebisa saya, pengalaman teknologi laut dalam di Gulf of Mexico (GoM) dan North Sea. Perlu diketahui masing-masing lokasi mempunyai keunikan sendiri2. GoM dengan hurricane dan loop-currentnya. Sementara West of Shetland (juga North Sea) sangat terkenal dengan ombak yg ganas (tinggi gelombang bisa mencapai 35 meter, 100-yr return period). Bandingkan dengan perairan Indonesia yg cuma beberapa meter saja. Tapi Indonesia juga mempunyai keunikan tersendiri seperti earth quake, Tsunami,dsb.

Kita membutuhkan seorang figur seperti bapak milist kita pak Budhi yg pantang menyerah untuk memajukan kemampuan bangsa kita dalam industri migas ini. Pak Budhi, apa kabar?


uci20032000

Kalo aqwa sudah dikuasai di ITS, bolehkah ITS bekerja sama dgan KMI mengadakan kursus aqwa dgan biaya yg mudah terjangkau. Sy sendiri jg blum bisa aqwa dan pingin belajar.

Salah 1 yg user friendly adalah seasoft, cuma output hanya berupa angka2 saja. Jalan dalam dos mode. Kita harus plot sendiri hasilnya. Tapi pembuat software ini tdk menjual software nya hanya menyewakan melalui internet. Biaya sewa min 6 bulan seharga 9k USD. Ada modul ship sim utk 1st order wave slowsim utk 2nd ord. Ada TLP sim, semisim, discsim, moorsim. Sangat user friendly. Pembuatnya namanya Dr.Richard Hartman. Dia tdk menjual karena takut dibajak. Hehehe.



Budhi Swastioko Suryanto

Mas Iwan, terima kasih juga saya ucapkan ke anda yang telah mengorbankan waktu cutinya sehari di Indonesia untuk berbagi pengetahuan mengenai deepwater dan floating platform sewaktu KMI Goes To ITB, 26 Juni 2009. Pada seminar ini ada beberapa engineer Indonesia selain Mas Iwan Aryawan – yaitu sdr. Ato Suyanto dan Bobby Weliyanto - yang menyumbangkan pengalamannya sewaktu ikut proyek laut dalam di luar negeri. Dan dari data pribadi anggota milis, ada puluhan anggota kita yang terlibat aktif dalam pengembangan teknologi laut dalam di luar negeri, antara lain : Malaysia, Afrika Selatan, Aberdeen, Hpuston, GoM, dll. Jadi dari segi SDM, kita sudah mampu.

KMI senang bisa ikut berkontribusi dalam pengembangan teknologi laut dalam, karena trend pencarian minyak di Indonesia di waktu mendatang memang mengarah ke laut dalam. Untuk Teknik Kelautan ITB, saya lagi bernegosiasi dengan ketua panitia agar memasukkan agenda deepwater pada event Oceanovolution Dec 2009. Dengan Teknik Kelautan UI, kita coba mendatangkan kembali President IMAREST Prof Choo ke Indonesia. Dengan Teknik Kelautan ITS, nanti saya bicarakan dengan Pak Murdjito. Saya juga kemarin sudah berbicara dengan penulis Buku Pintar Migas Indonesia “Teknologi dan Instalasi Subsea” yang akan meng-update tulisannya dengan data terbaru.

Oh ya, saya sudah menambahkan softcopy presentasi “Subsea Construction Projects”.

Silahkan download dari URL : http://www.migas-indonesia.net/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=311&Itemid=42



1. Concept Selection for Deepwater Development

2. Floating Platform Regulatory Requirements

3. International Safety Management Code - Article

4. International Safety Management Code - Edisi 2002

5. International Safety Management Code - Presentation

6. Potret Kondisi Kelaikan Sebagian Besar Kapal-Kapal Indonesia

7. Schiehallion Risers Project

8. Subsea Construction Projects


Ika Prasetyawan

Setahu saya AQWA belum dikuasai FTK ITS. Software ini sangat mahal harganya jadi agak susah di-"gerilya". Kami sedang usahakan bersama dengan Prof Eko BJ dan Pak Murdjito untuk sharing knowledge AQWA. Kalo ndak salah, malah Cak Iwan Aryawan yang jago AQWA dulu pernah dipakai untuk simulasi turret mooring heading analysis. Betul Cak?

iwan aryawan

Pak El,

Saya mengamini saran bapak, soalnya bidang saya sendiri saat ini lebih banyak ngurusin proyek2 laut dalam. Tidak mudah memang untuk mengembangkan bidang ini di negeri kita saat ini. Bukan karena kita tidak mampu, tapi seperti biasa masalah utamanya karena kita tidak atau belum banyak diberikan kesempatan untuk mendalami bidang ini. Masukan saya sbb:

Mungkin pintu gerbang utama untuk akses teknology ini adalah BP Migas. Seperti yg pak Sulis singgung, untuk justifikasi proyek laut dalam dibutuhkan kondisi finansial yg kondunsif. Harga minyak tinggi atau volume reservoir yg besar. Karena biaya yg besar dan teknologi yg tinggi, perusahaan nasional belum mampu melakukannya sendiri. BP Migas harus berusaha untuk 'mengawinkan' perusahaan nasional dengan perusahaan minyak internasional untuk mengerjakaan proyek2 seperti ini.
Sistim bagi hasil atau PSC boleh2 aja, tapi bukan berarti peran kita hanya seperti orang kaya di kota yg punya petak sawah di kampung. Kita cuma 'menarik' hasil panen, sementara si petani yg ngerjain semuanya. Saya kira ini yg terjadi selama ini. Makanya sampai saat ini kita belum bisa apa-apa. Kita harus aktif berperan dari awal sampai tahap akhir proyek.
ITS dan ITB bisa dijadikan centres of excellent dibidang ini. Perlu diketahui bukan hanya floating platforms fokus kita, tapi juga bidang sub-sea, pipeline dan riser teknologi. Saya terkesan dengan pengalaman pak Ato dan pak Bobby dibidang sub-sea sewaktu diseminar floating platform di ITB bulan Juli yg lalu. Ini sebagai bukti bahwa orang kita mampu, apabila diberikan kesempatan.
Fasilitas laboratorium hidro dinamika kita mungkin agak ketinggalan untuk melakukan model testing proyek laut dalam, karena keterbatasan kedalaman model basin-nya. Tapi yg lebih penting disini, kita yg bergerak dibidang offshore teknology harus berusaha mengikursertakan mereka didalam proyek2 nasional. Dengan demikian pengalaman mereka semakin bertambah dan kepercayaan internasionalpun akan bertambah pula. Sehingga tidak hanya Marin atau Marintek yg dijadikan acuan Internasional.
Setuju dengan pak El, harus ada keinginan dan usaha yg serius dari kita sendiri dan pihak pemerintah kalau kita mau menguasai teknologi laut dalam ini. Teknologi ini tidak bakalan berhenti di industri minyak dan gas saja. Pastinya akan banyak berguna dimasa masa datang. Apalagi kita adalah negara maritim dimana 2/3 wilayahnya adalah laut.

Jangan meragukan lagi kemampuan bangsa sendiri. Berikan kesempatan, bangsa Indonesia pasti mampu melakukan !!

Pala

Pak El,
Kebetulan saya ikut bekerja untuk Project Deep water (West Seno), mulai dari pembuatan pipa di Bakri Bekasi sampai pemasangan pipe line dari offshore Santan dengan menggunakan Barge milik Australia (Clough) sampai pemasangan pipa laut dalam yg menggunakan barge di bawa dari North Sea (Allsea), karena di Indonesia belum ada barge yg secanggih itu,kenapa saya bilang canggih karena mereka tidak menggunakan Anchor job lagi, mereka cukup menggunakan mesin yg dapat menggerakkan Ship tersebut ke semua arah.
dan barge yg satu lagi adalah untuk mensuvey posisi pipa di dalam laut, dan yg mengagumkan lagi buat orang seperti saya adalah, setelah kedalaman beberapa ratus meter, pipa tersebut tidak di laying di dasar laut lagi karena jalur tujuan (FPS)semakin dalam kira2 1000 m.
wah cukup menantang untuk bangsa yg katanya besar ini

uci20032000

Milister,

Salah satu software yg bgus utk analisa mooring adalah AQWa yg dapat tersambung dgan ansys.

Apakah ada pelatihan Aqwa di indonesia? Karena setahu sy bru di singapore dan perth. Kira2 apa bisa ya KMI bekerja sama dgan instansi2 pendidikan utk menyelenggarakan training software semacam ini? Mengingat biaya training yg di singapore bisa sampai puluhan juta rupiah. Apakah bisa diselenggarakan dgn biaya kursus yg jauh lebih ringan?

Amal Ashardian

Apa itu Aqwa ya??

Apa kira kira ini cuma APDL?

Mengingat memasukkan history load ke model kalau jumlahnya ribuan, ngga mungkin dilakukan dengan GUI?


Indratmo Jaring Prasojo

Pak Uci,
Mengenai training software2 sejenis itu di Singapore bisa lihat di mana ya infonya?
Terimakasih,

Setiawan, Ruddy (Jakarta)

Kenapa tidak pakai MOSES saja pak?

Lebih familiar dan banyak dipakai di berbagai analisis floating structure

budi setyo

Kalau dibandingin sama Orcaflex atau Dynflex gimana pak ?
Karena Orcaflex agak populer di tanah air. Dan sudah banyak yang menguasai software ini.
Jadi kalau memang untuk training, mungkin bisa pakai resource dari tanah air, ndak usah jauh jauh. Bisa hemat devisa banyak.

uci sanusi

Kalau dynflex saya ga tau. tapi terkadang client/owner punya preference tersendiri.

Kalau Orcaflex untuk melakukan time domain mooring analysis dia membutuhkan data dari software2 lain yang khusus mengeluarkan nilai2 koefisien untuk 1st order diffraction wave load juga 2nd order diffraction wave load. Jadi Orcaflex hanya motion analyses, karakteristik pergerakan vesel harus dilakukan di software lain misalnya Moses, Seasoft, Aqwa, SACS untuk 1st order saja, Maxsurf dll.

Sy sendiri juga blm tau Aqwa, tapi yang saya liat di brosur, Aqwa menghitung sendiri koefisien 1st dan 2nd order wave load dan kemudian dia mensimulasikan mooring analysis di dalam software yang sama tidak perlu pindah2 software. Makanya berarti Aqwa lebih canggih daripada Orcaflex. Moses sendiri juga ada modul mooring analysis tapi kurang user friendly. Tidak semudah orcaflex. SESAM juga dengernya bisa untuk mooring analysis, anggota milis ada yang jago sesam

budi setyo

Trims Pak Uci penjelasannya.
Barusan lihat lihat Aqwa di Mbah Google, mantab. Cuman gimana dapetin (baca ; gratisan) untuk belajar. Paling tidak kalau dapet project yang sebenarnya, sudah familiar dengan software ini.

Pernah pakai Orcaflex untuk time domain analysis mooring FPSO. Untuk model geometri, dibuat pakai maksurf (karena pertimbangan kemudahan). Model geometri kemudian ditransfer ke software analisa gerak, pakai MOSES. Sebenarnya bisa langsung dari Maksurf ke Seakeper, cuman Seakeper kurang mantab karena untuk analisa gerak, harus input sendiri koefisien damping floating bodi. Setelah dapat RAO dari MOSES, maka dipakai soft. Orcaflex untuk analisa mooringnya. Model geometri Orcaflex dari Maksurf, dan input RAO dari MOSES. Ribet memang, tapi menurut saya itulah cara yang paling "aman"
dan bisa ditrace kebenarannya.

Mangkanya kalau ada soft. yang bisa potong kompas, tangan ini jadi gatal untuk belajar lagi. Oh iya satu pak ... untuk pembuatan model geometri AQWA ini gimana ? Karena software FEA (finite elemet analysis), biasanya ribet untuk bikin model geometrinya.

Ditunggu sharingnya dari para pakar MIGAS



ahmad


Pak El Mundo,

Saya setuju sekali dengan Pak El Mundo. Sedikit mau menambahkan,
saya rasa baik yang di univ maupun instansi terkait sudah menyadarinya...
Hanya saja mereka tidak bisa bergerak sendirian. Dalam hal ini harus ada dukungan kebijakan dari pemerintah.

Misal jika PSC mengerjakan project deepwater semua penelitian harus di lakukan di dalam negeri tidak boleh di bawa keluar negeri jika kita masih mampu. Selama ini, link and match antara institusi pendidikan dan industri seperti terputus, diharapkan jika penelitian di lakukan di institusi di indonesia dapat mengurangi dan meningkatkan pengetahuan institusi di indonesia pula.

Kemudian kita bisa juga menempatkan misal 3 orang engineer lokal untuk menempel dan mendokumentasikan tiap orang expat, hal ini dapat meningkatkan knowledge deepwater kita juga.

Mahasiswa jika di beri kesempatan untuk ambil tugas akhir di project deepwater pasti juga akan sangat bermanfaat

Bottom line harus ada kerjasama yg sinkron antara para stakeholder


Sulistiyono


Saya sependapat dengan Bapak dalam hal eksplorasi migas. Memang bukan hanya di Indonesia Eksplorasi migas nya mulai menuju ke laut dalam, namun sudah mulai dilakukan diseluruh dunia. Sehingga kedepan eksplorasi dan produksi migas tentunya akan menuju ilaut dalam . Tangkaplah masa depan ini. Namun teknologi secondary atau tertiary recovery juga masih cukup prospektif dilapangan lapangan migas kita . ingat Caltex dulu bisa meningkatkan produksi di lapangan Duri dari 50,000 bbls / day menjadi 300,000 bbls /day pada awalnya dengan steam floodnya.

Untuk jasa penunjang eksplorasi dan produksi di laut dalam Indonesia sama sekali belum siap. Disinilah saya mengharapkan Jurusan Kelautan di Universitas berperan. Kita tidak punya kapal survey seismic laut baik untuk mencari migas maupun untuk site survey di laut dalam. Untuk melakukan pemboran di selat Makasar (blok Surumana) ExxonMobil menunggu pembuatan rignya samapi setahun. Biayanya ?

Untuk 1 (satu) sumur saja habis lebih dari 100 juta USD , cilakanya dry hole lagi. Maaf perusahaan migas nasional belum mampu yang ini

Nah rekan dan adik2 untuk kedepan :

1. Belajarlah teknologi deep water seperti saran Pak el Mundo.

2. Pelajarilah teknologi secondary/tertiary recovery

3. Meskipun kita telah mengembangkan migas kita lebih dari seabad dan merupakan pionir PSC , industry penunjang kita masih amat sangat sedikit. Menurut pengamatan saya Malaysia lebih maju, merebut dollar disana

4. Suatu saat migas Indonesia akan habis. Maka kembangkanlah teknologi untuk penunjang industry migas, karena sepertinya industry migas dunia masih akan lama.

5. Bagi otoritas migas Indonesia, silahkan membuat insentif eksplorasi laut dalam baru, yang lebih menarik bagi investor (terutama asing) tanpa merugikan Indonesia.

Galih Satria

Saya merasa perlu untuk mengoreksi tulisan Pak Sulis "jasa penunjang eksplorasi dan produksi di laut dalam Indonesia sama sekali belum siap".
Tampaknya saya perlu mengupdate apa yang sudah dilakukan oleh putra bangsa tentang laut dalam.
Di Kaltim sudah ada West Seno (laut dalam di Selat Makasar) yang dioperasikan oleh Chevron. Kebetulan saya kenal secara pribadi engineer yang melakukan pemboran dan design fasilitasnya. Keduanya berkulit sawo matang. Designernya juga anggota milis, namun karena kesibukan dan kerendahan hatinya maka beliau tidak muncul.
Beberapa tahun lalu kebetulan saya juga turut serta membuat satu SNI yang berkaitan dengan pemboran di laut dalam.

Pada saat ini Chevron sedang melelang FEED untuk lapangan Gendalo-Gehem yaitu ladang gas di laut dalam di Selat Makasar juga.
Kita tidak perlu heran bila salah satu perusahaan Jasa Indonesia (saya tidak akan menyebutkan namanya) sudah diseleksi untuk dapat turut serta pada pelelangan yang dimaksud.
Bila perlu silahkan mendapatkan beritanya pada http://www.upstreamonline.com/live/article196068.ece

Kesimpulannya, tidak ada yang perlu diragukan tentang kemampuan putra bangsa untuk dapat mengembangkan dan mengelola migas di laut dalam.

Disamping itu pak Sulis menulis juga:
4. Suatu saat migas Indonesia akan habis. Maka kembangkanlah teknologi untuk penunjang industry migas, karena sepertinya industry migas dunia masih akan lama.

Saya ingin menambahkan bahwa Indonesia harus mulai menabung petro dollar untuk kesejahteraan rakyat semasa cadangan migas kita habis atau menipis.
Menghabiskan petro dollar kita pada tahun yang sama saat migas di produksikan, berarti tidak mengakui bahwa manusia Indonesia yang akan lahir adalah rakyat Indonesia juga yang memiliki hak yang sama untuk turut menikmati migas sebagai kekayaan alam Indonesia. Manusia Indonesia yang lahir kelak harus turut pula menikmati hasil migas yang diproduksikan hari ini. Seharusnya demikianlah kita menafsirkan UUD kita.

Sulistiyono

Terima kasih Pak Elwin atas koreksi dan komentarnya. Saya bangga sudah mulai ada Perusahaan Jasa Nasional yang mulai terjun ke teknologi laut dalam. Mudah2an tidak hanya FEED saja tapi sampai ke EPC kedepan dan mudah2an juga Perusahaan Nasional untuk FEED ini tidak hanya sebagai pendamping saja, untuk nantinya dikalahkan dengan berbagai alasan.

Memang betul kita harus menabung petro dollar, itu kalau bisa. Nyatanya kita selalu nambah hutang setiap tahunnya, baik untuk pembangunan yang katanya nggak bisa distop maupun untuk standby menghadapi krisis global.

Tentang tulisan saya yang no.4 , memang kita harus menyiapkan perusahaan jasa penunjang perminyakan karena cadangan kita yang saat ini terus menerus tekor akibat new discovery setiap tahunnya untuk penambahan cadangan yang sangat kecil dibandingkan dengan konsumsi minyak kita., sehingga minyak kita tentunya akan habis suatu saat. Oleh karena itu perusahaan jasa penunjang masih dapat berperan dalam kancah internasional, disamping perusahaan migas nasional yang beroperasi di luar Indonesia, sehingga petro dollar bisa mengalir ke Republik ini.

Persoalaannya adalah disiapkannya strategy nasional oleh otoritas perminyakan sehingga perusahaan jasa nasional dapat betul betul berperan diindustry migas nasional sehingga keikut sertaan perusahaan jasa nasional dalam tender KPS bukan hanya sekedar untuk formalitas .Semoga.


Henry Margatama

Betul sekali yg dikatakan sama Mas El Mundo. Namun jika dilihat dari sisi edukasi yang diajarkan diperkuliahan tidak ada kuliah khusus mengenai teknologi deep water. Sehingga jika kita ingin mempelajari lebih lanjut mengenai teknologi deep water harus mengambil ke luar negri misalnya Norway. Disana untuk gelar masternya ada studi khusus ttg deep water. Oleh karena itu kebanyakan mereka yang uda lulus langsung bekerja disana untuk kegiatan produksi deep water. Lagipula di Indo sendiri juga sudah mulai dikembangkan teknologi deep water untuk wilayah West Seno. Tinggal lebih diperbanyak aja yg menguasai bidang ini.

Indratmo Jaring Prasojo

Menyambung apa yang disampaikan Pak Henry, sebagai informasi untuk kuliah deep water technology tidak harus musti jauh-jauh ke Norway. Di regional Asia, terutama Asia Tenggara juga bisa ambil Master untuk bidang Offshore Engineering. Misalnya di NUS (National University of Singapore). Di bawah departemen Teknik Sipil-nya ada spesialisasi Offshore Engineering dengan modules yang diajarkan di antaranya: Design of Floating Structure, Offshore Mooring and Riser, Offshore Foundation, Analysis and Design of Offshore Structure, Offshore Hydrodynamic dan Offshore Pipeline. Di samping itu ada beberapa kuliah penunjang industry oil and gas lainnya seperti Production and Exploration of Petroleum, Arctic Engineering dan Oil and Gas Technology di bawah dept. of Mechanical Eng. Mulai Agustus tahun 2010, menurut info yang beredar, Offshore Engineering tidak lagi menjadi salah satu spesialisasi di bawah Dept. Teknik Sipil, namun menjadi Department sendiri. Dengan konsekuensi makin banyak kuliah offshore yang ditawarkan, bahkan subses technology-pun akan mulai diberikan tahun depan.

Dengan demikian mudah2an sudah tidak menjadi kendala yang terlalu besar untuk mendalami deep water, karena dari segi lokasi tempat belajar dan biaya hidup pun tidak terlalu jauh dari Indonesia.


Didik Pramono

Setuju Pak El..!!

Wah meskipun wis tue (mungkin yang dimaksud wis tuwek = sudah tua), tapi semangatnya ngga kalah dengan yang masih muda :-).

Sebenarnya banyak putra putri Indonesia yang bergabung di perusahaan migas multinasional (oil company, contractor, service company, etc) untuk project deepwater di Chevron, ExxonMobil, Anardarko, Statoil, Talisman di Selat Makassar. Juga Inpex di Laut Arafura. Mereka banyak yang lulusan dari perguruan tinggi dalam negeri yang mempunyai background disiplin teknologi Kelautan seperti ITS dan ITB.

Hanya saja saat ini memang belum ada perusahaan nasional yang menjadi leading untuk project deepwater. Tinggal menunggu waktunya saja, mudah2nya Pertamina dalam waktu dekat dapat menyusul, apalagi saat ini Pertamina sudah sukses menjadi operator di ONWJ.

Yang kita harapkan saat ini para perusahaan multinasional tersebut dapat bekerjasama dengan lembaga penelitian dan pendidikan tinggi seperti BPPT, Lemigas, ITS, ITB, etc termasuk perusahaan nasional untuk terlibat langsung dalam project deepwater, sehingga dapat memacu penguasaan teknologi deepwater. Saya yakin pendidikan tinggi yang mempunyai background disiplin teknologi Kelautan seperti ITS dan ITB, teknologi deepwater sudah tidak asing lagi, terutama untuk pengembangan offshore structure.

Kita tentu masih ingat project West Seno, phase 1 TLP-A termasuk FPU dan offshore pipeline ke Santan. Lembaga penelitian, pendidikan tinggi dan perusahaan nasional pun dilibatkan sehingga dapat ikut belajar untuk penguasaan teknologi deepwater. Efeknya pun, para mahasiswa di perguruan tinggi tersebut dapat mengambil Tugas Akhir dengan topik deepwater dengan akses data yang cukup, dsb.


budhimulia

Saran yg sangat tepat pak,
Selain itu selayaknya segera di benahi sikap mental kita in general, artinya segera merespon/bertindak tanpa ragu2 peluang masa depan yg ada (karena jelas sdh berpotensi), berani menerima tantangan utk segera take over teknologi, sehingga tidak selamanya dikendalikan (sampe kapan?), tidak jenuh berexperiment (modal experiment disiapkan goverment yg jujur),sehingga memiliki R n D oil and gas hebat didunia dan visi yg kuat dan segera diwujudkan menjadi operator oil n gas kelas dunia yg mengusai teknologi laut dalam. Mampukah?
Murphy Kikeh sebagai project deep water malaysia yg pertama, siapa yg membangun fpso dan sparnya hingga sukses? Kami, kita enginer2 indonesia, di waktu lalu. Jadi apalagi? Hadapi challenge itu, berontak akan penetrasi asing. Kita memiliki resources yg mumpuni, manusia dan alamnya. Jangan biarkan lagi kesempatan2 terbaik kita di ambil pihak luar, jangan mau terus jadi bangsa subordinat !
Tapi mmg ada satu hal yg tetap harus dienyahkan agar kita bisa konsentrasi mewujudkan semua, yaitu kita jangan di pusingkan lagi dgn cerita cicak dan buaya beserta cerita turunannya.
Yg diatas sana, biar makin enak rileksnya, tolong pikirkan itu, biar anak2 bangsa bisa bekerja maksimal dan professional...


Teddy

Mungkin yang perlu didiskusikan juga adalah penguasaan desain engineering, dan instalasi subsea facility dan subsea tie in untuk pengembangan lapangan marjinal atau lapangan yang tidak memiliki justifikasi finansial untuk dibikinken floating atau surface facility, atau ada justifikasi finansial tapi lebih murah dan cost saving dengan develop subsea facility dan di tie in ke existing surface facility terdekat. Meskipun awalnya untuk aplikasi deepwater, tapi saya kira aplikatif juga untuk range kedalaman yang lain.

Saya kira ke depannya tipe2 proyek brownfield untuk mengakomodasi subsea dan greenfield (subseanya sendiri) seperti ini akan cukup mendominasi.

Mungkin bisa dijadikan ide untuk penelitian2 lanjutan mengenai subsea separation, hydrate control dan dehydration dari sisi proses dan flow assurance, juga bagaimana aset management dan aset integrity nya.


Afif Ikhsani

Saya semester depan akan kerja praktek,
kira-kira besar ga peluang untuk kerja praktek di deep water??
Apa untuk proposal harus spesifik juga mengenai deep water??
Dan saya bisa menghubungi siapa untuk ini??

Terimakasih, mohon bantuannya.

budi setyo

Setuju untuk sama sama belajar teknologi laut dalam.
Cuman kurang setuju kalau harapan untuk menguasai teknologi itu dengan memberikan penilaian negatif ke lembaga / institusi yang kita harapkan untuk lebih berperan.
Ayo .. kita sama sama belajar.
Sebenarnya, desainer offshore structure luar negri juga (sebagian) tidak hebat hebat amat.
Contohnya, pernah saya alami sendiri. Saat ini saya dan salah satu teman indonesia bergabung dengan suatu perusahaan design yang mengkususkan dalam desain jackup structure. Saya tidak ada back ground ilmu sedikitpun dengan jack up. Dasar saya hanya basic engineering, ilmu dasar kapal, ilmu dasar hidro laut dan sedikit ilmu bangunan laut fixed (jacket).
Setelah bergabung, tugas melakukan analisa struktur untuk basic design jack up supaya bisa lolos persyaratan kelas. Setelah proses analisa kelar, disubmit ke kelas untuk desain approval (pernah ke ABS dan BV), ternyata kadang mereka juga kurang faham asumsi ilmu dasar pemodelan. Ada perbedaan cara pandang dalam penerapan teori dasar ke praktis pemodelan untuk kelas yang berbeda. Yang dilakukan setelah itu adalah diskusi untuk menyamakan sudut pandang. Ada proses iterasi untuk sama sama belajar dan memberikan argumen untuk mempertahankan pendapat masing masing dengan dasar ilmu dasar yang ada. Untuk proses butuh waktu yang relatif panjang.

Benang merah dari apa yang sampaikan diatas adalah, bahwa, SDM kita (indonesia) untuk salah satu contoh kasus diatas bisa bersaing dengan designer luar dan designer luar juga ternyata juga tidak punya kemampuan yang luar biasa. Yang membedakan, adalah mereka lebih sabar karena disokong oleh perusahaan dengan dana yang kuat untuk bersabar.

Saya yakin teman teman banyak yang lebih hebat dan lebih punya pengalaman dalam desain bangunan lepas pantai. Cuman masalahnya, siapa penyandang dana yang kuat yang mau untuk invest dan coba coba buat perusahaan desain di tanah air, dengan memanfaatkan enginer dari tanah air ?

Ditunggu sharingnya.


uci20032000

Kalau dekat2 indonesia ada juga kota yg mempunyai universitas yg khusus mengajarkan teknologi offshore baik laut dangkal maupun dalam. Di bwh school of oil and gas engineering, the University of Western Australia Perth membuka kelas master. Khusus utk floating structure salah satu dosennya adalah ahli Spar structure Associate Prof. Kris Tiagarajan.

Riset2 beliau mendalami spar structure. Perth hanya 3 jam dari Jakarta tapi biayanya agak mahal juga dan bisa diambil part time. Bgusnya kerja di Perth sambil kuliah.

Indratmo Jaring Prasojo

Menyambung lagi informasi dari Pak Uci. Prof Krish Tiagarajan juga mengajar kuliah Design of Floating Structure di NUS di awal2 untuk materi Hydrostatic kemudian disambung oleh Prof. John Halkyard yang sangat memahami filosofi cell-spar. Untuk biaya kuliah di Spore, dengan menggunakan loans bisa hanya SGD 2,000 per semester atau 14 juta saja. Dan bisa ditempuh dalam 2 semester asal mau jungkir balik belajarnya J Bukan promosi lho…hanya menginformasikan bahwa dengan biaya yang tidak terlalu mahal bisa kuliah opsor J dan ngga jauh2 pula.

Wahyu Hidayat

Sekedar mengamini informasi Pak IJP. Kuliah coursework master di NUS bisa ditempuh dalam satu tahun - asal full time. Ini dengan asumsi rekan2 mengambil dua semester plus semester pendek (summer). Kalo part time agak susah untuk selesai 1 tahun karena uni membatasi jumlah modul yang diambil. Kasus saya dulu, perlu ambil 10 modul. Karena awalnya takut ambil 4 modul di semester pertama terus di semester kedua ambil 5 modul dengan justifikasi nilai yang baik dan harus cepat selesai karena tidak bekerja sementara harus support keluarga. 1 modul sisanya bisa diambil di summer course. Yang perlu dilihat tidak semua modul tersedia di setiap semester.

Jungkir balik? Ah...itu bagian dari perjuangan :) . Memang betul tapi masih sempet kok jalan sama temen2 Indo, olahraga bareng atau cuci mata mengukur jalan Orchard Road.

Yuyus Uskara

Mas Wahyu dan Pak IJP, untuk sekedar Offshore Engineering, ITS punya Jurusan Teknik Kelautan (Offshore Engineering), dengan beberapa spesialisasi, yang salah satunya adalah struktur bangunan laut. saya pikir ini potensial buat dikembangkan lebih jauh ke arah deep water technology (terserah mau di fokuskan dimananya).

http://prospektus.its.ac.id/laut.html

seperti di bilang Pak Budi Setyo, kita bisa bersaing kok.

budi setyo


Betul Pak Yuyus,
Engineer kita lulusan universitas lokal (dalam negri) tidak kalah kok kalau bersaing. Ilmu dasar yang diajarkan sudah cukup mumpuni. Hanya mungkin kita perlu diberi peluang, kesempatan dan waktu untuk lebih mengasah diri.
Memang, kalau ada biaya lebih, sekolah di luar akan lebih memberikan wawasan yang lebih luas. Karena fasilitas kampus yang bagus, perpustakaan lengkap, jurnal dan buku buku bisa langsung down load, fasilitas lab. lengkap, dosen (guru besar) yang kelas dunia, tetapi tentunya ... dengan biaya yang cukup lumayan. Kalau udah kerja sendiri sih, monggo untuk nambah keahlian, dengan ngambil pendidikan yang lebih tinggi di luar, atau cari beasiswa diluar. Tapi kalau masih minta orang tua ... ndak usah memaksakan diri. Sekolah dalam negri juga bisa bersaing kok diluar. Masih banyak jalan untuk maju. Ndak usah berkecil hati.


karyo pelor

Mari kita perbanyak diskusi, seminar & training deepwater technology development, spesifik dibidang structure, subsea, pipeline, geohazard, mkn jg bukan hanya dibidang oil&gas bsa saja ke pertambangan yg lain dsb.....dan kedepan tak hanya itu saja tapi follow up nya harus bisa ngelink antara kebutuhan/teknologi industri serta penelitian laboratorium/akademisi literatur.....juga bisa g y produk2 riilnya adalah made in indonesia...saya yakin bisa bila smua pihak yg semestinya terlibat serius mensupport hal ini......


Yuyus


Pak Budi,
aps sih Pak yang Indonesia ga bisa? saya pikir yang pertama sih memang dari kampus dulu, bikin program yang mengakomodasi deepwater study.

kalo ga ada industri di dalam negri yang bisa menampung, ya bisa jadi expat seperti pak Budi.

Fakultas Teknologi Kelautan ITS sudah seharusnya memang bisa memproduksi lulusan yang berspesialisasi di deepwater. dan tentu saja kampus yang lain.

mungkin bisa di cc ke mendiknas? :D


Ika Prasetyawan

Bang Yuyus,


FTK ITS saat ini mempunyai unit riset "Pusat Kajian Laut Dalam" dikomandani oleh Prof. Eko Budi Djatmiko. Diharapkan dari sini bisa memproduksi lulusan spesialisasi laut dalam. Ini memang relatif baru jadi mungkin outputnya belum banyak.

Yuyus Uskara

mantaf tuh Pak Ika.

mungkin nanti bisa di share apa aja yang sedang di riset, publikasinya, dan sebagainya di milis migas ini. minimal membuka mata kita semua kalau kita bahkan udah memulai itu.

budi setyo


Pak Iwan Wrote :
4. Fasilitas laboratorium hidro dinamika kita mungkin agak ketinggalan untuk melakukan model testing proyek laut dalam, karena keterbatasan kedalaman model basin-nya. Tapi yg lebih penting disini, kita yg bergerak dibidang offshore teknology harus berusaha mengikursertakan mereka didalam proyek2 nasional. Dengan demikian pengalaman mereka semakin bertambah dan kepercayaan internasionalpun akan bertambah pula. Sehingga tidak hanya Marin atau Marintek yg dijadikan acuan Internasional.
+++++++++++++++++++++++++

FYI .. Pak Iwan dan rekans migas.
Lab. Hidro BPPT Surabaya akhir tahun ini dan awal tahun depan terlibat dalam pekerjaan pemodelan (numerik dan fisik) untuk INPEX PROJECT - Floating LNG (LNG FPSO) di abadi Field di block Masela di sekitar laut arafura, dengan kedalaman 400 - 800 m. Tipe mooring yang dipakai adalah external turret mooring.
Karena keterbatasan kedalaman kolam uji di lab, maka proses pemodelan menggunakan gabungan iterasi numerik dan pemodelan fisik di kolam uji dengan metode truncated method (model di dalam model). Ini sangat menantang ... karena merupakan pengalaman pertama untuk memakai metode truncated ini. Karena biasanya, dalam pemodelan subcale di lab, hanya mengacu 3 hukum kesamaan, (kesamaan geometri, froude dan reynold). Dengan memakai metode truncated, maka 3 hukum kesamaan dasar diatas "diakali" untuk masih bisa mengakomodasi keterbatasan kedalaman kolam. MARIN - netherland akan digandeng untuk supervisi selama pekerjaan berlangsung, karena MARIN punya pengalaman yang lebih, kususnya untuk pengujian dengan metode truncated.


iwan aryawan

Pak Budi,

Terimakasih atas informasinya pak. Hybrid modelling lewat 'model the model' konsep memang lagi ngetrend saat ini. Karena keterbatasan kedalaman basin tadi. Mudah2-an lab Hidro bisa publikasikan hasil model test-nya. Biar kita yg ada dibelahan dunia lain bisa tau.

Here we go, yg lagi IN aja orang kita nggak ketinggalan kok. Terus apanya dong yah?

FYI - China baru aja meresmikan fasilitas lab hydro-nya yg lumayan lengkap. Hampir semua operator besar diundang dan datang waktu peresmian. Mereka sudah mencanangkan sebagai centre of excellence industri maritim Asia. Galangan2 kapal besar sudah mereka bangun. Korea aja sudah mulai ketakutan. Masa China lagi China lagi?


iwan aryawan

Pak El,

Saya mengamini saran bapak, soalnya bidang saya sendiri saat ini lebih banyak ngurusin proyek2 laut dalam. Tidak mudah memang untuk mengembangkan bidang ini di negeri kita saat ini. Bukan karena kita tidak mampu, tapi seperti biasa masalah utamanya karena kita tidak atau belum banyak diberikan kesempatan untuk mendalami bidang ini. Masukan saya sbb:


Mungkin pintu gerbang utama untuk akses teknology ini adalah BP Migas. Seperti yg pak Sulis singgung, untuk justifikasi proyek laut dalam dibutuhkan kondisi finansial yg kondunsif. Harga minyak tinggi atau volume reservoir yg besar. Karena biaya yg besar dan teknologi yg tinggi, perusahaan nasional belum mampu melakukannya sendiri. BP Migas harus berusaha untuk 'mengawinkan' perusahaan nasional dengan perusahaan minyak internasional untuk mengerjakaan proyek2 seperti ini.
Sistim bagi hasil atau PSC boleh2 aja, tapi bukan berarti peran kita hanya seperti orang kaya di kota yg punya petak sawah di kampung. Kita cuma 'menarik' hasil panen, sementara si petani yg ngerjain semuanya. Saya kira ini yg terjadi selama ini. Makanya sampai saat ini kita belum bisa apa-apa. Kita harus aktif berperan dari awal sampai tahap akhir proyek.
ITS dan ITB bisa dijadikan centres of excellent dibidang ini. Perlu diketahui bukan hanya floating platforms fokus kita, tapi juga bidang sub-sea, pipeline dan riser teknologi. Saya terkesan dengan pengalaman pak Ato dan pak Bobby dibidang sub-sea sewaktu diseminar floating platform di ITB bulan Juli yg lalu. Ini sebagai bukti bahwa orang kita mampu, apabila diberikan kesempatan.
Fasilitas laboratorium hidro dinamika kita mungkin agak ketinggalan untuk melakukan model testing proyek laut dalam, karena keterbatasan kedalaman model basin-nya. Tapi yg lebih penting disini, kita yg bergerak dibidang offshore teknology harus berusaha mengikursertakan mereka didalam proyek2 nasional. Dengan demikian pengalaman mereka semakin bertambah dan kepercayaan internasionalpun akan bertambah pula. Sehingga tidak hanya Marin atau Marintek yg dijadikan acuan Internasional.
Setuju dengan pak El, harus ada keinginan dan usaha yg serius dari kita sendiri dan pihak pemerintah kalau kita mau menguasai teknologi laut dalam ini. Teknologi ini tidak bakalan berhenti di industri minyak dan gas saja. Pastinya akan banyak berguna dimasa masa datang. Apalagi kita adalah negara maritim dimana 2/3 wilayahnya adalah laut.

Jangan meragukan lagi kemampuan bangsa sendiri. Berikan kesempatan, bangsa Indonesia pasti mampu melakukan !!


Afif Ikhsani

Saya semester depan akan kerja praktek,
kira-kira besar ga peluang untuk kerja praktek di deep water??
Apa untuk proposal harus spesifik juga mengenai deep water??
Dan saya bisa menghubungi siapa untuk ini??
selanjutnya, jika mahasiswa perminyakan ingin menulis tugas akhir ataupun komprehensif (seperti di universitas saya) bertemakan drilling di deepwater, is there any advice(s) in this???

Terimakasih, mohon bantuannya.


El Mundo

sejak diskusi ini digulir, sudah bayak info yg kita dapatkan. Ternyata banyak SDM kita yg mampu, bahkan walaupun jumlahnya tak banyak, ada SDM kita yg involve di negara lain. Ternyata juga penelitian (lab hydro) kita juga tidak ketinggalan, bahkan selangkah lebih maju dengan kerterbatasannya mencoba hybrid modelling method yg mungin baru pertama kali di coba.

Pertanyaannya (mungkin pak Iwan dapat menjawabnya) mengapa FEED engineering projek2 Migas selalu di kerjakan oleh/dinegara lain?
West Seno mengapa projectnya masih berkantor di
Louisiana Street - Houston, mengapa tidak di Plaza Senayan atau Sarana Jaya?. Mengapa Inpex Masela tidak di Jakarta tapi di Yokohama. Kan cost mereka2 yg bekecimpung disitu di bayar oleh rakyat Indonesia? Ada yang kurang disini, apa ya?


budi setyo

Mungkin ada hubungannya juga dengan keaadan makro negara kita, seperti beberapa kasus yang lagi rame, dimana terjadi "kekurang harmonisan" antara lembaga/badan/institusi yang ada.

- Personal building, sudah banyak yang mumpuni,
- Comunity building sudah banyak yang bagus cuman kurang bersinergi untuk tujuan yang lebih besar
- Nation Building ... ndak tahu, mau dibawa kemana .. perlu rencana, target dan tujuan yang lebih jelas dan terukur

Maaf kalau ngelantur


Eko Yudha

ya...barangkali karena konsep PSC kita yg menganut cost recovery. Jadi mereka sadar bahwa cost2 dari project study tsb akan dibayar oleh RI. Kecuali BPMIGAS dengan tegas nodong bahwa semua project harus dilakukan DN (kan itu duit RI)
Lain ceritanya barangkali bila kita menganut sistem kontrak yg lain (contoh, royalti & tax-nya Norway) dimana cost sepenuhnya ditanggung kontraktor. Dengan begitu kontraktor dengan sendirinya dituntut untuk se-efisien mungkin (siapa sih yang mau margin antara revenue dan cost-nya tipis?). Otomatis untuk itu, mereka akan memprioritaskan study di DN dgn SDM DN yg jauh lebih murah.

Sekedar lempar wacana saja :)

Ika Prasetyawan


Pak El Mundo,

Pertanyaannya (mungkin pak Iwan dapat menjawabnya) mengapa FEED engineering projek2 Migas selalu di kerjakan oleh/dinegara lain?

Proyek INPEX Masela, FEED berkaitan dengan mooring analysis dikerjakan oleh kawan-kawan FTK-ITS bekerja saman dengan Lab Hidrodinamika BPPT. Satu staf FTK ITS bidang hidrodinamika dan satu staf Lab Hidro dari divisi Manouvring dan Ocean Basin saat ini sedang berada di MARIN (Maritime Research Institute Netherlands) untuk menjalankan program "time domain" simulasi mooring FLNG Masela ini dan juga training untuk pemodelan laut dalam. Kemballi ke republik tercinta nanti hasil simulasi akan digunakan untuk setting-up model test yang akan dilakukan di Lab Hidro di Surabaya.

Mungkin pak El Mundo akan bertanya lagi, mengapa harus ke Belanda. Ya karena MARIN adalah mentor Lab Hidro pada saat lahirnya dulu. Waktu itu setelah disapih sekian tahun belum sempat bisa jalan sendiri, dana habis sehingga kerjasama teknis berhenti. Dengan proyek Masela inilah kesempatan untuk menjallin hubungan kembali. Mudah-mudahan bisa menyaingi atau paling tidak mendekati negara tetangga Singapore yang tidak punya fasilitas uji model tapi cukup jauh meninggalkan kita dengan riset-riset offshore engineeringnya.

Saya mendengar gosip dari negara tetangga Malaysia bahwa UTM (university Teknologi Malaysia) juga sedang memacu kompetensi riset bidang kelautan. Mereka dalam upaya mendekati SHELL guna mendapatkan dana bantuan untuk membangun kolam uji offshore. Info ini saya dapat dari kawan yang sekarang menjadi dosen disana. Mudah-mudahan Indonesia tidak kesalip ya Pak......:-).


Budhi Swastioko Suryanto

Terima kasih atas kiriman video “Aker Brings Mega Structure to PKFZ”.

Sudah saya upload di situs Migas Indonesia Network bersama dokumen terkait lainnya.

http://www.migas-indonesia.net/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=250&Itemid=42.



1. Aker Brings Mega Structure to PKFZ 20 Sep 2009

2. Global Deepwater Prospects

3. Global FPS Prospects

4. Global Market Prospects

5. Global Offshore Prospects 01

6. Global Offshore Prospects 02

7. Outlook for the Oil and Gas Sector

8. Ships, Oil, Gas & Money



From: rio.hendiga@akersolutions.com

Mas budi, tolong upload attachment film ini


Salah satu sebab kenapa negara kita tertinggal dengan para tetangga kita adalah rumitnya Birokrasi dan kurangnya kepercayaan para investor kepada hukum di negara kita. Sayangnya pemerintah kita masih sibuk mikirin politik yang tiap beberapa tahun terjadi perubahan, terlalu takabur/sombong dengan yang namanya domokrasi politik hingga lupa kepentingan yang lain.

Sehingga mega proyek dibangunnya one stop subsea manufacturing beralih ke Port Klang Malaysia yang saya dengar seharusnya akan dibangun di Batam, namun karena iklim politik dan birokrasi apalagi yang namanya status FTZ yang tak menentu , akhirnya berpindah ke Port Klang Malaysia



Film di atas merupakan tayangan tentang kebanggaan Malaysia, di saya FTZ sepertinya bener2 dilakukan sepenuhnya, berbeda dengan di Batam.

Peran serta pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini, jangan sampai mengecewakan para investor.



Admin Migas

Ada beberapa pertanyaan yang masuk ke saya via japri mengenai bagaimana sih wujudnya West Seno yang merupakan proyek laut dalam pertama di Indonesia.
Untuk menjawab rasa penasaran rekan-rekan kita tersebut, saya lampirkan 2 foto mengenai West Seno.
Mudah-mudahan melalui event Oceanovolution di Teknik Kelautan ITB 11 Desember 2009, kita akan lebih banyak mendapatkan ilmu mengenai teknologi laut dalam.
Panitia sudah menyetujui usulan saya agar Teknologi Laut Dalam dijadikan agenda seminar menggantikan Bangunan Lepas Pantai.
Ada anggota yang berminat mempresentasikan pengalamannya dalam sebuah proyek di laut dalam ?.
Mohon menghubungi saya via japri untuk saya teruskan kepada Ketua Panitia Oceanovolution.
Mas Ato Suyanto sudah bersedia menjadi salah satu pembicara mengenai teknologi laut dalam.
Mas Doddy Samperuru sudah saya hubungi untuk teknologi pengeboran laut dalam, tapi sayang berhalangan.
Mungkin Mas Harry Eddyarso bisa membagikan pengalamannya betapa rumitnya melakukan pengeboran di laut dalam.
Mas Jamsir Sabara bisa mengisi dari sisi kelas (ayo... dulu kan sudah janji untuk floating forum).
Dan tentunya Pak Gde Pradnyana akan mengisi dari kebijakan pemerintah di laut dalam.
Setelah Anda mempelajari materi gelombang ini, diharapkan Anda dapat :
1. Menjelaskan pengertian gelombang secara umum
2. Menjelaskan istilah-istilah pada gelombang (periode, frekuensi, amplitudo, cepat rambat, dan panjang gelombang)
3. Mengidentifikasi karakteristik gelombang transversal dan longitudinal
4. Mengidentifikasi karakteristik gelombang berjalan dan gelombang stasioner
5. Menjelaskan sifat-sifat gelombang


A. Pengertian Gelombang

Gelombang merupakan proses merambatnya suatu getaran yang tidak disertai dengan perpindahan medium perantaranya. Gelombang hanya memindahkan energi. Perhatikan perahu nelayan yang diam di atas permukaan air laut. Pada saat ombak datang, perahu hanya bergerak turun naik tanpa bergeser posisinya.


B. Klasifikasi Gelombang berdasar Arah Getar dan Arah Rambatnya

Berdasarkan arah getar dan arah rambatnya, gelombang dibedakan menjadi dua, yaitu gelombang transversal dan gelombang longitudinal.

1. Gelombang Transversal

Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah getarnya tegaklurus terhadap arah rambatnya. Contoh gelombang transversal adalah seperti peristiwa gelombang yang terjadi pada tali di atas. Perhatikan gambar berikut!












Gambar 1.1. Gelombang Transversal.
Jarak BP, QD, FR, dan SH disebut sebagai amplitudo gelombang, yaitu simpangan terjauh yang dimiliki oleh gelombang, satuannya meter dalam SI.

OBC dan EFG disebut bukit gelombang dengan puncak gelombang di titik B dan F. Sedangkan CDE dan GHI disebut lembah gelombang dengan dasar gelombang di titik D dan H.

Satu gelombang terdiri atas satu bukit dan satu lembah. Panjang satu bukit dan satu lembah disebut sebagai panjang gelombang (). Panjang gelombang adalah jarak antara O ke E, atau B ke F, atau bisa juga jarak D ke H.

Periode gelombang (T) adalah waktu (dalam sekon) yang diperlukan untuk menempuh satu panjang gelombang. Frekuensi gelombang (f) adalah jumlah gelombang yang melewati suatu titik tiap sekon. Hubungan antara periode dan frekuensi gelombang dinyatakan sebagai :
atau
(1.1)

Cepat rambat gelombang (v) adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam satu sekon. Pada gelombang, dalam periode T, jarak tempuhnya sama dengan panjang gelombangnya (), sehingga cepat rambat gelombang bisa memenuhi persamaan :
atau
(1.2)

Secara umum, cepat rambat gelombang didefinisikan sebagai :

(1.3)

Dengan x adalah jarak yang ditempuh gelombang, dan t adalah waktu tempuh.


2. Gelombang Longitudinal

Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar dengan arah rambatnya. Contohnya ketika sebuah slinki (pegas yang panjang) ditekan secara horizontal, maka akan menghasilkan bentuk gelombang longitudinal seperti pada gambar berikut.









Gambar 1.2. Gelombang Longitudinal.

Satu panjang gelombang pada gelombang longitudinal terdiri atas satu buah rapatan dan satu buah renggangan.




C. Sifat-sifat Gelombang

Gelombang memiliki karakteristik (ciri-ciri) secara umum :
1. Dapat dipantulkan atau dicerminkan (refleksi)
Peristiwa pemantulan gelombang ini telah Anda kenal pada saat mempelajari optik geometri di kelas X. Pada peristiwa ini berlaku Hukum Pemantulan menurut Snellius.

2. Dapat dibiaskan (refraksi)
Pembiasan dapat terjadi ketika gelombang melewati dua medium yang berbeda.

3. Dapat dilenturkan (difraksi)
Difraksi (lenturan) terjadi ketika gelombang melewati sebuah celah sempit. Peristiwa ini akan dibahas lebih lanjut pada pokok bahasan selanjutnya tentang Gelombang Cahaya.

4. Dapat digabungkan atau dipadukan (interferensi)
Interferensi gelombang terjadi ketika ada dua buah gelombang yang bersatu (berpadu) sehingga menghasilkan pola interferensi maksimum dan minimum. Peristiwa ini akan dibahas lebih lanjut pada pokok bahasan selanjutnya tentang Gelombang Cahaya.

5. Dapat dikutubkan (polarisasi)
Polarisasi adalah peristiwa terserapnya sebagian atau seluruh arah getar gelombang. Peristiwa polarisasi ini hanya terjadi pada gelombang transversal. Lebih lanjut dibahas pada pokok bahasan selanjutnya tentang Gelombang Cahaya.

6. Dapat diuraikan (dispersi)
Mengapa dinding sekolah berwarna hijau? Mengapa langit berwarna biru? Hal ini karena cahaya matahari mengalami gejala dispersi. Cahaya matahari yang Anda lihat berwarna putih, sebenarnya terdiri atas sinar-sinar merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Ketika Anda melihat dinding sekolah berwarna hijau, artinya dinding sekolah memiliki kemampuan untuk memantulkan pigmen warna hijau, dan menyerap warna selain hijau. Demikian juga yang terjadi ketika langit tampak berwarna biru. Ketika Anda melihat whiteboard berwarna putih, artinya seluruh pigmen warna dipantulkan ke mata kita, dan ketika papan tulis berwarna hitam, artinya seluruh pigmen warna diserap oleh papan tulis (tidak ada pigmen warna yang dipantulkan).


D. Klasifikasi Gelombang berdasar perlu tidaknya Medium Perambatan

Berdasarkan perlu tidaknya medium untuk merambat, gelombang dibedakan menjadi dua, yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.

1. Gelombang Mekanik
Gelombang mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium pada saat merambat. Contohnya seperti gelombang pada tali dan gelombang pada pegas di atas. Juga gelombang bunyi.

2. Gelombang Elektromagnetik
elombang elektromagnetik merupakan gelombang yang tidak memerlukan medium pada saat merambat. Contohnya gelombang cahaya.

Gelombang Mekanik dan Gelombang Elektromagnetik ini akan dibahas secara lebih mendalam pada pembahasan selanjutnya.


E. Klasifikasi Gelombang berdasar tetap tidaknya Amplitudo

Berdasarkan tetap atau tidaknya amplitudo, gelombang juga dibedakan menjadi dua, yaitu gelombang berjalan dan gelombang diam atau berdiri (gelombang stasioner).

1. Gelombang Berjalan

Gelombang berjalan adalah gelombang yang memiliki amplitudo tetap. Untuk menentukan besarnya simpangan di suatu titik pada gelombang berjalan, perhatikan gambar berikut.













Gambar 1.3. Gelombang Berjalan.

Misalnya, sebuah gelombang merambat ke kanan dengan cepat rambat v. Waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari titik O ke titik P adalah , sehingga ketika titik O sudah bergerak selama tO sekon, titik P justru baru bergetar selama tP = tO – Δt.
Dari persamaan getaran yang telah Anda pelajari di kelas XI, besarnya simpangan di suatu titik dinyatakan sebagai :

(1.4)

Maka, simpangan di titik P akan menjadi :

(1.5)

Persamaan (1.5) di atas dapat kita modifikasi menjadi berbagai bentuk persamaan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh soal.

(1.6)

(1.7)

Secara umum, persamaan simpangan di suatu titik, misalnya di titik P pada gelombang berjalan didefinisikan sebagai :

(1.8)

Dengan catatan bahwa :
yang disebut kecepatan sudut atau frekuensi sudut, dan
yang disebut sebagai bilangan gelombang.
 Tanda positif pada amplitudo menunjukkan gelombang mula-mula bergetar ke atas.
 Tanda negatif pada amplitudo menunjukkan gelombang mula-mula bergetar ke bawah.
 Tanda positif pada fase gelombang menunjukkan gelombang merambat ke kiri.
 Tanda negatif pada fase gelombang menunjukkan gelombang merambat ke kanan.

Besar sudut dalam fungsi sinus disebut sudut fase. Secara matematis ditulis sebagai :

(1.9)

Fase gelombang :

(1.10)


2. Gelombang Stasioner

Gelombang Stasioner atau sering disebut gelombang diam (berdiri), adalah gelombang yang amplitudonya berubah terhadap posisi. Gelombang tersebut dapat terbentuk dari perpaduan atau superposisi dua gelombang yang memiliki panjang gelombang, amplitudo dan frekuensi sama, tetapi arahnya berlawanan. Secara matematis, simpangan gelombangnya adalah :

(1.11)

Dengan :
yS : simpangan gelombang stasioner
y1 : simpangan gelombang pertama, dan
y2 : simpangan gelombang kedua

Gelombang stasioner dibedakan lagi menjadi dua, yaitu gelombang stasioner pada ujung tetap dan gelombang stasioner pada ujung bebas.

F. Contoh Soal

1. Sebuah batu dilemparkan ke dalam air sehingga pada permukaan air timbul lingkaran gelombang yang berjalan. Jika lingkaran pertama menempuh jarak 5 meter selama 2 sekon dan sepanjang itu terdapat 20 gelombang, tentukan :
a. cepat rambat gelombang c. periode gelombang
b. panjang gelombang d. frekuensi gelombang

Penyelesaian :
• Cepat rambat gelombang (v) adalah jarak yang ditempuh gelombang x selama waktu t :

• Panjang gelombang adalah jarak untuk satu buah gelombang. Pada soal, dalam jarak 5 meter ada n = 20 gelombang, maka untuk satu buah gelombang :

• Periode gelombang adalah waktu tempuh gelombang untuk satu panjang gelombang. Pada soal, dalam waktu 2 sekon terdapat 20 gelombang, maka :

• Frekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang tiap sekon. Pada soal, dalam waktu 2 sekon terdapat 20 gelombang, maka banyaknya gelombang dalam 1 sekon adalah :
atau 10 Hz
Untuk menentukan frekuensi gelombang, bisa juga dengan persamaan :
10 Hz
2. Sebuah gelombang berjalan tampak seperti pada gambar.












Penyelesaian :
• Pada gambar, amplitudo gelombang adalah A = 5 cm = 0,05 m = 5  10-2 m
• Pada gambar, waktu yang ditempuh sejauh 1 gelombang adalah T = 10 s
• Pada gambar, jarak x = 60 cm adalah untuk n = 3 buah gelombang, maka untuk satu buah gelombang jaraknya
• Frekuensi gelombang :
• Frekuensi sudut :
• Bilangan gelombang :
• Cepat rambat gelombang :
• Persamaan gelombang :


G. Tugas

1. Jelaskan pengertian dari :
a. Gelombang transversal, beserta contohnya
b. Gelombang longitudinal, beserta contohnya
c. Gelombang mekanik, beserta contohnya
d. Gelombang elektromagnetik, beserta contohnya
e. Gelombang berjalan dan gelombang stasioner!

2. Gelombang transversal merambat pada tali dan dihasilkan 5 buah gelombang sejauh 4 meter dalam waktu 10 sekon. Tentukan :
a. cepat rambat gelombang c. periode gelombang
b. panjang gelombang d. frekuensi gelombang

3. Gelombang memiliki amplitudo setinggi 20 meter dengan arah getaran mula-mula ke bawah. Pada jarak 100 meter ke arah kanan, tercatat ada 5 buah gelombang dalam waktu 5 sekon. Tentukan :
a. panjang gelombang
b. periode gelombang
c. frekuensi gelombang
d. kecepatan sudut gelombang
e. bilangan gelombang
f. cepat rambat gelombang
g. persamaan simpangan gelombang
h. simpangan gelombang pada jarak 150 meter dan waktu 20 sekon dari pusat gelombang




















H. Peta Konsep Gelombang





















































Pilihlah satu jawaban yang menurut Anda benar!


1. Perbedaan antara getaran dan gelombang adalah bahwa gelombang memiliki....
a. amplitudo d. periode
b. frekuensi e. simpangan
c. panjang gelombang

2. Sebuah sumber gelombang bergetar dengan frekuensi 20 Hz. Jika gelombang merambat dengan kecepatan 1,5 m/s, panjang gelombangnya adalah....
a. 25 cm d. 60 cm
b. 30 cm e. 75 cm
c. 50 cm

3. Gelombang air laut menyebabkan permukaan air naik-turun dengan periode 2 s. Jika jarak antara dua puncak gelombang yang berdekatan 5 m, gelombang akan mencapai jarak 10 m dalam waktu....
a. 1 sekon d. 4 sekon
b. 2 sekon e. 5 sekon
c. 3 sekon

4. Perbedaan yang paling mendasar antara gelombang transversal dan gelombang longitudinal terletak pada....
a. periode
b. amplitudo
c. frekuensi
d. arah getar
e. panjang gelombang

5. Persamaan gelombang transversal yang merambat pada tali sangat panjang adalah :
.
Jika y dan x dalam cm dan t dalam sekon, maka cepat rambat gelombang adalah....
a. 50 cm/s
b. 100 cm/s
c. 150 cm/s
d. 200 cm/s
e. 400 cm/s

6. Gelombang transversal merambat sepanjang tali yang panjang dengan persamaan :
, di mana y dalam cm dan t dalam sekon. Pernyataan yang benar adalah....
a. amplitudo 0,6 cm dan frekuensinya 20 Hz
b. amplitudo 0,6 cm dan panjang gelombangnya 2 cm
c. amplitudo 0,6 cm dan periodenya 10 sekon
d. amplitudo 0,6 cm dan cepat rambatnya 10 cm/s
e. amplitudo 6 cm dan frekuensinya 10 Hz

7. Gelombang transversal merambat sepanjang tali. Titik C dan D terletak pada tali tersebut. Persamaan gelombang di titik D dirumuskan : .
Semua besaran dalam satuan SI. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut :
1). Gelombang merambat dari D ke C
2). Gelombang memiliki periode sebesar 0,05 s
3). Gelombang merambat sejauh 20 m tiap sekon
4). Panjang gelombang 1 meter

Pernyataan yang benar adalah....
a. 1 dan 2 d. 2, 3 dan 4
b. 1, 2 dan 3 e. 3 dan 4
c. 2, 3 dan 4

8. Pernyataan-pernyataan di bawah ini merupakan sifat-sifat gelombang longitudinal, kecuali....
a. mengalami pemantulan (refraksi)
b. mengalami interferensi
c. mengalami pembiasan (refleksi)
d. mengalami polarisasi
e. mengalami lenturan (difraksi)

9. Perhatikan gambar berikut!









Jika jarak AB = 6 m ditempuh dalam selang waktu 0,25 s, maka simpangan titik P memenuhi persamaan....
a.
b.
c.
d.
e.

10. Sebuah gelombang yang merambat pada tali memenuhi persamaan , di mana y dan x dalam meter dan t dalam sekon. Maka :
1) Panjang gelombangnya 20 m
2) Frekuensi gelombangnya 1 Hz
3) Cepat rambat gelombangnya 20 m/s
4) Amplitudo gelombangnya 3 m
Pernyataan yang benar adalah....
a. 1, 2 dan 3 d. 4
b. 1 dan 3 e. 1, 2, 3 dan 4
c. 2 dan 4

11.
12.

eksplorasi: Eksplorasi minyak

eksplorasi: Eksplorasi minyak: "ekplorasi laut/ lepas pantai untuk mencari cadangan minyak bumi apakah ada yang tau"

Minggu, 30 Januari 2011

Eksplorasi minyak

ekplorasi laut/ lepas pantai untuk mencari cadangan minyak bumi apakah ada yang tau